Manhattan Project dan Surat Albert Einstein

Editor : Muhammad Dicky Syaifudin

Konten : Raka Putra Pratama

Oleh      : M.Farel Lufiara

         Kemungkinan munculnya perang sudah tidak dapat dihindari. Relasi politik antar kedua kubu semakin memburuk. Ditemukannya fisi nuklir pada 1938 oleh ilmuwan yang berasal dari Jerman, Otto Hahn dan Fritz Strassman, semakin memunculkan ketakutan bahwa Jerman akan berhasil terlebih dahulu dalam upaya pengembangan senjata atom yang akan merusak kedamaian dunia. Leo Szilárd, seorang fisikawan asal Hungaria, berpendapat bahwa fisi dari atom berat dapat digunakan untuk menciptakan suatu reaksi berantai nuklir yang dapat menghasilkan energi dalam skala besar sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sebuah senjata.

      Szilárd juga khawatir bahwa ilmuwan Jerman akan melakukan eksperimen yang sama dan sangat besar potensinya digunakan untuk kepentingan perang. Karena dapat dipastikan, pihak manapun yang pertama kali berhasil menemukan bom atom akan memenangi perang besar ini.

       Kekhawatiran yang muncul dalam diri Szillard disebabkan karena pengalaman yang dimilikinya dalam eksperimen mengenai nuklir. Szilárd pernah bekerja sama dengan seorang ilmuwan asal Italia, Enrico Fermi, untuk membuat sebuah reaktor nuklir dari uranium di Universitas Colombia. Mereka hampir menyelesaikan proyek tersebut, namun karena kurangnya material menyebabkan gagalnya proyek tersebut untuk diselesaikan.

     Setelah mendiskusikan hal tersebut dengan seorang ilmuwan lainnya, Eugene Wigner, mereka mengambil kesimpulan untuk memperingatkan Belgia, karena pada saat itu Belgia memiliki koloni di Kongo yang kaya akan uranium. Wigner menyarankan bahwa Albert Einstein adalah orang yang tepat untuk hal ini, karena ia kenal dan dekat dengan Keluarga Kerajaan Belgia.

Surat Einstein dan Szilárd

              Szilárd dan Wigner pergi ke kediaman Albert Einstein pada 12 Juli 1939. Pada saat itu mereka berdua menjelaskan kepada Einstein bagaimana kemungkinan diciptakannya bom atom yang berasal dari penggunaan uranium. Szilárd lalu membacakan isi surat yang ditulis oleh Wigner. Surat tersebut lalu  ditandatangani oleh Einstein untuk dikirimkan ke Kedutaan Besar Belgia di Amerika Serikat. Wigner juga menyarankan agar mereka menulis surat kepada Departemen Luar Negeri Amerika Serikat dan menjelaskan apa yang mereka lakukan. Mereka menunggu selama dua minggu untuk mengetahui respon dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

      Meskipun surat untuk Kedutaan Besar Belgia selesai ditulis, namun masih tersisa sebuah masalah besar. Szilárd masih menginginkan dukungan pemerintah dalam proyek perkembangan uranium yang ia rintis dengan Fermi. Seorang teman dari Szilárd yang merupakan seorang ekonom dari Austria, Gustav Stolper, menyarankan Szilárd dan Wigner untuk mendekati Alexander Sachs, seorang ekonom Amerika yang bekerja di Wall Street dan mempunyai koneksi terhadap Presiden Amerika Serikat pada saat itu, Franklin D. Roosevelt. Sachs mengatakan bahwa ia akan membantu Szilárd untuk mengirimkan surat tersebut kepada Presiden Roosevelt, namun ia menyarankan bahwa surat tersebut “dikirim” oleh seorang yang lebih “terkenal”, sehingga Szilárd kemudian merasa bahwa Einstein adalah orang yang tepat.

         Setelah ditandatangani oleh Einstein, kemudian surat bertanggal 2 Agustus 1939 itu dikirim kembali kepada Szilárd untuk dikirim kepada Presiden Roosevelt. Isi surat tersebut menyatakan bahwa penggunaan uranium dapat dimanfaatkan untuk menciptakan senjata berupa sebuah bom yang memiliki daya ledak sangat kuat dan dapat digunakan untuk kepentingan perang. Einstein juga percaya bahwa pemerintahan Jerman juga mendukung riset dalam bidang atom ini dan mendukung agar pemerintah Amerika Serikat untuk melakukan hal yang sama. Penekanan bahwa pemerintah Amerika Serikat untuk melakukan hal yang sama dengan pemerintahan Jerman kemudian menghasilkan suatu proyek besar yang dapat mengakhiri Perang Dunia II.

       Szilárd kemudian memberikan surat yang telah ditandatangani oleh Einstein tersebut kembali kepada Sachs. Karena kedekatannya sebagai seorang teman lama, Sachs kemudian meminta kesempatan untuk bertemu Presiden Roosevelt agar bisa membicarakan permasalahan ini secara personal. Namun keinginan Sachs tersebut tidak dapat terlaksana dikarenakan pemerintahan Amerika Serikat pada saat itu sedang mengalami kekacauan sebagai akibat dari Invasi Jerman ke Polandia. Akhirnya Sachs menunda pertemuannya dengan Presiden Roosevelt agar Roosevelt bisa memperhatikan surat tersebut dengan baik.

       Pada 11 Oktober 1939, Alexander Sachs akhirnya bertemu dengan Presiden Roosevelt. Pada awalnya, Presiden Roosevelt merasa tidak yakin serta menyuarakan kekhawatirannya untuk mengalokasikan dana ke riset atom tersebut. Tapi karena Sachs berhasil meyakinkan Presiden Roosevelt, akhirnya ia yakin terhadap prospek serta nilai dari perkembangan atom tersebut. Pada 19 Oktober 1939, Presiden Roosevelt kemudian menulis surat kepada Einstein. Dalam surat tersebut Presiden Roosevelt mengatakan bahwa ia telah mempersiapkan dan menyetujui sebuah komite untuk mempelajari dan melakukan penelitian mengenai uranium. Keputusan yang diambil oleh Presiden Roosevelt ini didasarkan bahwa ia tidak bisa mengambil resiko agar Jerman menjadi satu-satunya negara yang dapat mengembangkan bom atom sebagai sebuah senjata dalam peperangan. Keputusan ini juga kemudian menghasikan satu-satunya proyek bom atom yang berhasil dikembangkan pada masa Perang Dunia II.

The Manhattan Project dan Hiroshima-Nagasaki

               Komite yang dibentuk oleh President Roosevelt ini dikenal sebagai Komite Uranium (Advisory Committee on Uranium). Komite tersebut diketuai oleh Lyman James Briggs, seorang ilmuwan asal Amerika. Komite Uranium mengadakan konferensi pertama pada 21 Oktober 1939 dan dihadiri oleh berbagai ilmuwan, termasuk Szilárd, Teller dan Wigner. Komite ini merupakan langkah awal dari pengembangan tenaga atom yang dipimpin oleh pemerintah Amerika Serikat. Walaupun begitu, fokus awal komite tersebut bukanlah semata hanya mengembangkan bom atom.

               Pada Maret 1940, ilmuwan Jerman yang bekerja di Inggris, Otto Frisch dan Rudolf Peierls, berhasil menemukan teori yang dapat dipergunakan untuk membuat bom atom. Teori ini mengatakan bahwa tenaga atom yang dibutuhkan cukup kecil untuk diintegrasikan dalam sebuah bom sehingga bisa dikirimkan melalui udara dengan pesawat. Karena hal tersebut, Presiden Roosevelt kemudian menyetujui pengembangan bom atom dengan skala besar pada Januari 1942. Komite Uranium akhirnya diambil alih oleh tentara Amerika Serikat dibawah Distrik Manhattan pada Juni 1942, yang akhirnya melahirkan proyek pengembangan bom atom yang bernama Manhattan Project.

               Salah satu laboratorium rahasia yang dibangun dalam Manhattan Project adalah Laboratorium Los Alamos. Laboraturium Los  Alamos ini dipimpin oleh Robert Oppenheimer, yang kemudian dikenal sebagai “Bapak Bom Atom”. Misi utama dari laboratorium ini adalah membuat desain serta membangun bom atom pertama yang dapat digunakan untuk perang. Penemuan tersukses yang berasal dari laboratorium ini berupa Fat Man dan Little Boy, dua buah bom atom yang berhasil memenangkan pihak sekutu dan menjadi salah satu faktor kuat yang menyebabkan berakhirnya Perang Dunia II.

           Little Boy merupakan bom atom pertama yang kemudian dijatuhkan oleh Amerika Serikat di sebuah kota di Jepang, Hiroshima. Little Boy diangkut oleh pesawat Enola Gay yang diterbangkan oleh Kolonel Paul W. Tibbets pada 6 Agustus 1945. Pada awalnya, misi tersebut telah menetapkan Jembatan Aioi sebagai target peledakan, namun karena faktor angin yang membelokan arah bom, Little Boy jatuh tepat di Rumah Sakit Shima. Dengan kekuatan dahsyatnya, Little Boy membumihanguskan Hiroshima karena mampu mengeluarkan energi ledakan setara 16.000 Ton TNT. Namun, Little Boy pada saat itu       dinilai kurang efektif sebagai senjata karena materi yang berhasil mengalami fisi hanya mencapai 1.7%. Radius ledakan yang dihasilkan Little Boy mencapai 1,6 KM dan menghasilkan api di sekitar 11 km2 daerah Hiroshima.

                Fat Man merupakan bom atom kedua yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat di sebuah kota di Jepang, Nagasaki. Pada saat itu, Fat Man diangkut menggunakan pesawat Bockscar yang diterbangkan oleh Mayor Charles W. Sweeney dan mempunyai misi yang kurang lebih sama dengan Enola Gay pada beberapa hari sebelumnya. Misi tersebut dilaksanakan pada 9 Agustus 1945 dan mempunyai dua target, yaitu Kokura sebagai target pertama, dan Nagasaki sebagai target kedua. Sebelum penerbangan dilakukan inspeksi terhadap pesawat Bockscar, dan ternyata tangki gas yang membawa bahan bakar tidak operasional, sedangkan memindahkan Fat Man ke pesawat lain merupakan hal yang riskan karena pada saat itu Fat Man sudah aktif. Pada akhirnya Sweeney dan rekannya Tibbets tetap memutuskan untuk melanjutkan misi ini. Karena banyak faktor, seperti terlambatnya pesawat Bockscar dan serangan udara sehari sebelumya di kota Yahata dekat Nagasaki, awan dan asap menutupi target serangan di Kokura serta bahan bakar yang menipis karena rusaknya tangki gas pesawat, Sweeney memutuskan untuk langsung menuju target kedua dan menjatuhkan bom di Hiroshima dengan ledakan setara 20.000 Ton TNT.

                Dengan meledaknya kedua bom tersebut, keadaan Jepang dalam peperangan semakin terpuruk. Pada 10 Agustus 1945, Kaisar Hirohito kemudian memberikan perintah kepada Menteri Luar Negeri Jepang pada saat itu, Shigenori Tōgō, untuk menyetujui persyaratan menyerahnya Jepang kepada pihak sekutu. Pada 15 Agustus 1945, Hirohito kemudian mendeklarasikan menyerahnya Jepang kepada sekutu dan menyebutkan tentang penggunaan bom atom sebagai salah satu alasan menyerahnya Jepang dalam Perang Dunia II.

Albert Einstein dan Bom Atom

              Walaupun Albert Einstein merupakan tokoh penting yang dapat dikatakan sebagai pencetus cikal bakal penggunaan bom atom dengan mengirimkan surat kepada Presiden Roosevelt, tapi ia tidak pernah terlibat langsung dalam penemu ciptaan bom atom maupun Manhattan Project. Bahkan, ia tidak diizinkan untuk bekerja dalam Manhattan Project dikarenakan Tentara Amerika Serikat menganggap bahwa ia adalah risiko keamanan bagi pengembangan bom atom yang pada saat itu merupakan proyek rahasia, alasannya karena Einstein merupakan seseorang yang berasal dari Jerman dan aktivis politik. Bahkan ilmuwan yang terlibat dalam Project Manhattan tidak diperbolehkan untuk berkonsultasi dengan Einstein.

                Meskipun ia tidak pernah terlibat secara langsung terhadap penciptaan bom atom yang digunakan oleh Amerika Serikat pada Perang Dunia II, ia sering dikaitkan dengan penciptaan bom atom. Rumusnya yang terkenal, yakni E=mc²,memang menjelaskan mengenai energi yang dilepaskan oleh ledakan atom, namun ia bukan merupakan tokoh yang menjelaskan bagaimana menciptakan bom atom. Ketika ia mengetahui bahwa bom atom berhasil diledakkan di Jepang, ia menyampaikan belasungkawa. Bahkan ia juga mengatakan bahwa apabila ia mengetahui bahwa Jerman ternyata tidak berhasil dalam upanyanya mengembangkan bom atom, ia tidak akan mengirimkan surat kepada Presiden Roosevelt untuk merekomendasikan dibentuknya komite penelitian uranium. Bahkan ia juga mengutuk penggunaan bom atom di Jepang namun tidak dapat melakukan apapun karena ia tidak terlibat secara langsung dalam Manhattan Project.

                Dapat dikatakan, peranan Albert Einstein memang tidak terlalu signifikan dalam penyelesaian senjata nuklir. Namun, dengan aksinya, ia berhasil menjadi salah satu alasan yang merubah jalannya perang pada saat itu, sehingga dapat dikatan bahwa ia berhasil memberhentikan perang sebelum perang tersebut memakan lebih banyak korban jiwa. Dengan suratnya pula, riset mengenai tenaga atom berkembang dengan cepat sehingga banyak menghasilkan penemuan-penemuan cemerlang selanjutnya dalam bidang atom dan nuklir.

Referensi

Buku

Foot, M. R. D. (1985). The Oxford Companion to The Second World War. Oxford: Oxford University Press.

Hogan, Michael J. (1996). Hiroshima in History and Memory. Cambridge University Press.

Lanouette, William dan Silard, Bela (1992). Genius in the Shadows: A Biography of Leo Szilárd: The Man Behind the Bomb. New York: Charles Scribner’s Sons. .

Rhodes, Richard (1995). The Making of the Atomic Bomb. New York: Simon & Schuster.

Laman Internet

amnh.org. (2015, November 20). The Manhattan Project – Part of the Einstein exhibition. Diakses pada 28 Juni 2020, diambil dari https://www.amnh.org/exhibitions/einstein/peace-and-war/the-manhattan-project.

businessinsider.com. (2019, Agustus 2). Albert Einstein wrote to the US pleading with the government to build an atomic bomb 80 years ago. Here’s what he said. Diakses pada 28 Juni 2020, diambil dari https://www.businessinsider.com/albert-einstein-wrote-letter-us-roosvelt-atomic-bomb-2019-8?r=US&IR=T.

 

 

Posted in: Tidak Dikategorikan

Tinggalkan komentar